
Perkembangan popok kain semakin membaik di Indonesia dan dunia pada umumnya. Hal ini didasari bahwa manusia berkembang dalam pemakaian popok. Salah satu sumber informasi perkembangan popok di dunia adalah tulisan Kim Rosas dalam sejarah popok. Berbagai tulisan lain juga menggambarkan bahwa popok berkembang seiring dengan teknologi, diantaranya tulisan Davis Dyer tentang sejarah popok sekali pakai, maka dalam melihat perkembangan popok ada baiknya dilihat dua sisi penggunaan popok, yaitu popok kain (poka) maupun popok sekali pakai (pospak).
Bahwa penggunaan pospak di Indonesia terbilang baru, dibandingkan penemuan pospak itu sendiri, MF Mukthi menulis tentang sejarah popok di Indonesia, dimana baru pada tahun 1990-an penggunaan pospak meluas. Adapun sejarah awal perkembangan popok kain di Indonesia sebenarnya masih membekas di banyak kalangan orang tua, baik tulisan MF Mukthi maupun Arum Maulidina yang mencatat banyaknya ibu-ibu Indonesia menjahitkan popok kain untuk buah hati mereka.
Dalam 30 tahun perkembangan popok pospak di Indonesia, tidak sepenuhnya lepas dari ingatan akan penggunaan poka, ketika dunia mengalami gelombang kesadaran akan kesehatan dan lingkungan. Di Indonesia pun imbas tersebut dirasakan dengan munculnya komunitas pengguna poka. Dalam sebuah tulisan wawancara dengan Sitha Puspita, yang membangun milis popok kain di yahoogroup pada 26 Juli 2009. Lewat komunitas dan kesadaran para ibu-ibu yang peduli, maka penggunaan poka pun mulai meluas kembali.
Penggunaan dan perkembangan popok kain mengalami tantangan berat seiring dengan perkembangan teknologi, dimana pospak dinilai praktis. Penggunaan pospak awalnya menjadi pilihan eksklusif dan gaya modern para ibu, namun seiring dengan kesadaran lingkungan dan tujuan penghematan jangka panjang, maka peralihan penggunaan pospak dirasa merugikan. Saat ini, penggunaan poka kembali menjadi tren di kalangan ibu-ibu muda.
Perkembangan popok kain di Indonesia
Perkembangan popok kain lebih meluas dimulai dengan munculnya produsen poka modern di Indonesia, yaitu diawali dengan Produk Ummi Baby dan Zigie Zag, kemudian tahun 2009 Rumah Popok mengeluarkan poka dengan merek Enphilia, dan muncul produk poka GG oleh Gee Gallery pada tahun 2010, dan ada pula poka Cluebebe. Bermunculnya poka di Indonesia mulai dari Ummi Baby, Zigie Zag, Enphilia, Cluebebe dan GG, hingga kemudian ada Minikinizz, Klodiz, Pempem, Ecobum, Sipopin, Iconic-kids serta berbagai merek lainnya, membuat marak pasar poka di Indonesia. Kondisi ini tentu tidak lepas dari kehadiran poka merek asing di Indonesia yang juga banyak dijual di Indonesia.
Budaya dasar masyarakat Indonesia adalah pengguna poka, namun dengan gencarnya promosi dan tekanan pasar pada penggunaan pospak yang dinilai praktis, membuat penggunaan poka di Indonesia tersisih, hal tersebut terjadi juga di berbagai negara. Berbeda dengan Jepang, walaupun menjadi salah satu negara yang terkemuka dalam teknologi pospak dengan penemuan penyerap berdaya serap tinggi, namun pemakaian pospak hanya 25% dari pasar popok di Jepang, hal ini berkaitan dengan budaya dan pemikiran masyarakat Jepang dalam pengasuhan anak (Kohno G, History of diapering in Japan, 1987).
Saat ini, pilihan orang tua di Indonesia masih di dominasi oleh penggunaan pospak. Dalam artikel “Data Angka Kelahiran Menjadi Peluang Pasar”, Kompas.com edisi 8 Juni 2015, salah satu hasil studi Sigma Research menunjukkan pasar pospak adalah 13,4 persen dari total besarnya pasar produk untuk bayi di Indonesia sebesar Rp 89,5 triliyun sehingga dengan nilai pasar popok sekali pakai sebesar Rp 11,635 triliyun, tak heran berbagai produsen popok sekali pakai dunia membanjiri pasar Indonesia. Dinyatakan bahwa dalam penggunaan popok lebih dari sembilan puluh persen adalah menggunakan popok sekali pakai (>90%), sedangkan untuk penggunaan popok kain di Indonesia kurang dari sepuluh persen (<10%) dari total penggunaan popok di Indonesia.
Tantangan dan pertanyaan yang timbul menghadapi perkembangan popok kain Indonesia adalah: “Apakah penggunaan poka dapat lebih meningkat?”
Dibanding dengan penggunaan pospak dimana nilai pasar penjualan pospak di Indonesia per tahun mencapai Rp 11,6 Trilyun. Jika diambil rata-rata harga satu pospak tiga ribu rupiah, maka penjualan itu sebanding dengan empat milyar pospak. Bayangkanlah sampah dari empat milyar pospak setahunnya di Indonesia!
Untuk info distributor dan reseller klik disini: https://geegallery.com/distributor/
Recent Comments