Uncategorized

Berpopok dengan Sehat dan Peduli Lingkungan

By October 12, 2016 No Comments
Popok Kain

Berpopok dengan sehat adalah dambaan setiap bayi dan balita. Tapi siapakah yang peduli sampah popok sekali pakai (pospak)? Siapakah yang peduli dengan milyaran tumpukan sampah pospak setiap tahunan bertebaran di seluruh penampungan sampah dan tidak pernah terurai dalam jangka ratusan tahun? Dalam artikel Perkembangan Popok Kain di Indonesia dan Dunia, hitungan 4 milyar sampah pospak di Indonesia menjadi tantangan yang harus dijawab. Bahkan studi yang dilakukan pada tahun 2005 menyebutkan angka 2,5 milyar pospak terjual di Inggris setiap tahunnya dan menjadi sampah sebanyak 400 ribu ton per tahun.

Mari kita bicara sehat, banyak studi yang menyatakan berbagai pro dan kontra tentang popok sekali pakai (pospak) dan popok kain (poka), sementara di lain pihak ada pula yang menyatakan untuk tidak memakaikan popok kepada bayi, sehingga mengharuskan bayi senantiasa dibersihkan setelah buang air. Mengapa? Logika sederhananya adalah setiap kali orang dewasa buang air, kita tidak mau kotor, dan membersihkan langsung bagian tubuh kita setelah buang air.

Demikian juga bayi, namun tentu dengan perbedaan, bahwa asupan bayi adalah tertentu, bahkan pada bayi menyusui ASI (air susu ibu) maka asupannya hanya ASI, berbeda tentunya dengan orang dewasa yang asupan makanan berbagai jenis. Tetapi hal itu tidak menjadikan alasan untuk bayi tetap bersih walaupun selalu buang air. Bahwa bayi punya siklus pencernaan yang pendek, sehingga jeda waktu bayi buang air berkisar pada jangka waktu dua jam dan kuantitas buang air bayi tentu masih sedikit. Dalam sebuah tulisan dinyatakan bahwa bayi berusia 3 bulan setiap 1 jam buang air kecil dan bersamaan dengan bertambahnya usia bayi jarak waktu buang air kecil akan bertambah hingga 2 – 3 jam.

Tentu kita berpikir, bagaimana membersihkan buang air bayi setiap jangka waktu yang sangat pendek, sementara kita tidak pernah tahu kapan tepatnya bayi buang air, karena mereka tidak akan bicara, sampai kita melatihnya. Muncullah penggunaan popok, tanpa popok tentu kita harus bersiap untuk bayi berikut tempat bayi buang air dibersihkan, karena kita tidak tahu tepatnya bayi buang air, tentu menjadi mudah ketika tempat bayi berada sudah dipersiapkan, bagaimana jika saat bayi berada di kasur tempat kita biasa tidur, tiba-tiba sang bayi buang air, jadilah kita akan repot membersihkan seluruh kasur dan sang bayi itu sendiri.

Penggunaan popok juga hendaknya tidak lantas membuat kita terlena membiarkan bayi terus memakai popok yang sudah ada air seni maupun kotoran, karena sebenarnya hal itu menjadi penyebab penyakit karena perkembangan bakteri. Walaupun berbagai teknologi popok berkembang, baik pospak maupun poka. Maka tetapkanlah, penggantian popok setiap 4 jam sekali paling lama / berpopok dengan sehat, karena dipastikan popok sudah harus dibersihkan. Hal ini untuk menjadi sang bayi tetap dalam kondisi bersih dan menjadikannya sehat.

Ketetapan waktu penggantian berpopok dengan sehat setiap 4 jam sekali, membawa konsekuensi banyaknya popok yang digunakan, khususnya ketika kita bicara pospak, karena setelah pemakaian pospak akan dibuang. Hal ini tentu berbeda dengan penggunaan poka, karena poka adalah pakaian, yang dapat dicuci dan digunakan kembali.

Mari kita berhitung penggunaan popok, ketika bayi berusia sampai dengan 3 bulan, katakanlah penggunaan popoknya adalah 3 jam sekali, kemudian sampai dengan 1 tahun menjadi 4 jam sekali, kemudian sampai pada umur 2 tahun menjadi 6 jam sekali, dengan optimis bahwa pada umur 2 tahun bayi sudah berlatih buang air besar, sehingga tidak memakai popok lagi, tentu dalam prakteknya penggunaan popok bisa hingga umur 3 – 4 tahun, sehingga perhitungan penggunaan popok lebih banyak dari hitungan dibawah ini;

Sampai dengan 3 bulan: 90 hari x 8 popok                =    720

Sampai dengan 1 tahun: (365-90) hari x 6 popok    = 1,650

Sampai dengan 2 tahun: 365 hari x 4 popok             = 1,460

3,830 kali penggunaan popok sampai dengan bayi berusia 2 tahun.

Untuk menjadikan bayi kita sehat, konsekuensi penggunaan popok sebanyak 3,830 kali tentu menjadikan tindakan yang semestinya dilakukan oleh para orang tua. Pertanyaan pada awal awal tulisan ini, tentu patut diperhatikan! Siapakah yang peduli dengan sampah 3,830 pospak, jika menggunakan pospak, tentu kita tidak mau memberikan lingkungan yang kotor pada sang bayi akibat dari sampah pospak yang dipakainya.

Pilihan penggunan poka, menjadikan alasan utama ketika kita peduli lingkungan, tentu penggunaan air dan pembersih menjadi hal yang diperhatikan, tetapi dengan peduli pada lingkungan penggunaan air tetap bisa dijaga dan penggunaan pembersih digunakan seminimal mungkin, dan sudah banyak pembersih yang ramah lingkungan, bahkan terdapat pembersih tanpa buangan, non-detergent. Cukup popok direndam bersama bola pembersih atau dimasukkan dalam mesin cuci, dan kotoran pun akan keluar.

Setelah kita berpopok dengan sehat dan peduli lingkungan, ada baiknya mulai berhitung biaya yang dikeluarkan dengan penggunaan popok, baik poka maupun pospak. Sebagai orang tua yang cerdas, kita juga hendak berhemat dalam biaya kebutuhan sang buah hati.

Leave a Reply